Rabu, 14 April 2021

Goals

Hari baru, harapan baru. Sebuah goals untuk memulai hari yang terus-menerus dijalani mau-tidak mau suka-tidak suka.

Sudah banyak perencanaan yang dibuat olehku untuk hari-hari bahkan beberapa tahun ke depan yang harus dicapai dengan progress tiap harinya. Tapi memang, manusia hanya berhak merencanakan, selebihnya Tuhan yang menentukan. Aku hanya berharap dalam memulai hari baru yaitu aku ingin menikmati dengan sepenuhnya. Tanpa menyesal dengan apa yang telah dilalui kemarin, tanpa tertekan dengan apa yang akan terjadi besok. Sangat sulit untuk bisa seperti itu, dan yang paling mudah menikmatinya adalah dengan tidur tenang.

Penyesalan terbesarku adalah aku selalu tidak bisa mengontrol perasaanku ketika logikaku sudah matang memilih sesuatu sikap. Aku yang terlalu sensitif akan perasaan selalu menjadi boomerang terhadap mood maupun semangat untuk menjalani hari. Tantanganku selalu berkutat dengan hal tersebut tiap harinya. Aku selalu tidak bisa menutupinya dengan sikap berpura-pura. Aku lebih memilih jujur dengan perasaanku, tetapi aku juga tidak berani untuk mengambil keputusan yang sudah dipikirkan dengan logika. Aku merasa orang terlemah yang selalu mengatakan orang lain lemah.

Penekanan terberatku adalah aku yang selalu berekspetasi terhadap sesuatu selalu dikecewakan karena aku tidak mampu memenuhi targetnya. Pada akhirnya, aku menyia-nyiakan hariku disaat itu dan selalu berpikir berlebihan. Aku selalu menuntut setiap hal untuk ada jawabannya pada saat itu juga.

Sebenarnya dalam menjalani hari mudah untuk dilogikakan. Melakukan kewajiban yang sudah ditetapkan dalam diri dan tidak menuntut hak orang lain dalam memilih pilihannya. Dan hal bodoh yang aku sadari tetapi masih aku lakukan adalah aku masih berharap dengan orang-orang disekitarku. Ya, kutipan dari Ali bin Abi Thalib tentang pahitnya kehidupan dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia tidak pernah aku dengarkan.

Semua perjalanan ini begitu berwarna, warna kusam yang kadang membuatku lelah menjalani hari. Tetapi, lebih baik merasakan sesuatu yang mengecewakan untuk menjadikannya pelajaran yang lebih baik. Dibanding tidak merasakan apapun atau hampa, bukan?

Nikmati apa yang bisa dinikmati, dan pelajari apa yang bisa dipelajari. -someone


Minggu, 28 Maret 2021

Sebuah Misi

Melanjutkan tulisan sebelumnya yang berjudul "Tantanganku", rasanya hambar kalau hanya sekadar teoritis saja melalui kata-kata keresahan tanpa aktualisasi.

Melanjutkan pendidikan kuliah pada jurusan yang sama dan selalu aku tekuni sejak kecil, yaitu dunia IT. Aku berstatus sebagai mahasiswa jurusan sistem informasi saat ini. Namun seiring berjalannya waktu, aku justru malah lebih giat dalam kegiatan organisasi mahasiswa pecinta alam. Awalnya tentu hanya ingin menikmati alam dengan mendaki gunung biasa seperti pernah aku lakukan semasa sekolah dahulu. Semakin dalam menekuni pendidikan dasar dan lanjut di organisasi tersebut semakin membuatku tenggelam dalam jati diriku.

Banyak hal berarti, yang tak mungkin kujelaskan satu-persatu dalam tulisan ini. Satu yang membuatku tersadar dengan kapasitasku sebagai pecinta alam yang seharusnya terus mempertahankan kelestarian bumi ini. Aku selalu dituntut untuk tahu arti penting segala hal yang dilakukan dan apa dampaknya kepada lingkungan. Mulai dari tidak memakai sedotan, membuang sampah, menanam pohon hingga berkampanye terhadap konservasi bumi.

Lelah! Rasanya melakukan itu semua namun tidak berpengaruh juga kepada kelestarian bumi jika pada akhirnya yang merusak adalah pabrik-pabrik besar mencemar air, pembakaran hutan sembarang mencemar udara, deforestasi mencemar tanah. Kami yang berteriak-teriak pada lingkungan yang kami lihat dengan mata kepala sendiri di depan mata, tak punya hak suara besar dalam pengambil keputusan untuk didengarkan.

Aku yang terdahulu memutuskan untuk melanjutkan rencana hidupku setelah lulus kuliah sarjana dengan melanjutkan pendidikan magister manajemen, meninggalkannya demi didengarkan suaraku atas keresahan semua ini. Mau tidak mau memang harus terjerumus kedalam pemerintahan sebagai pengambil kebijakan dalam sebuah keputusan.

Jika ada tindak kriminal di sekitar rumah kita, siapa yang disalahkan? Jelas penegak keamanan setempat yang pada umumnya adalah polisi. Namun jika ada pencemaran lingkungan di sekitar rumah kita, siapa yang disalahkan? Warga? Atau pabrik yang mencemar? Jelas pemberi izin!

Inilah yang membakar semangatku untuk terjun kedalam pemerintahan yang mempunyai suara lebih dalam kelestarian alam. Aku selalu bersemangat untuk melanjutkan pendidikan sarjanaku ke Jurusan Teknik Lingkungan ternama agar bisa dan mempunyai kapabilitas dalam jabatan struktural tersebut. Sebuah misi kecil yang digaungkan dari hal kecil pula yang semoga terus membesar dan berdampak pada masa depan yang bisa mempertahankan lebih lama kelestarian alam. Inilah sebuah misiku dalam kehidupan yang entah akan jadi seperti apa.

Walaupun bukan aku yang memang akan mengemban tugas dan tanggung jawab ini dikemudian hari, setidaknya adik-adikku di organisasi dan atau kalian yang membaca tulisan ini bisa memiliki visi yang sama denganku dan tentunya dengan capaian misi kalian masing-masing.

Selasa, 23 Maret 2021

Tantanganku

Hari demi hari berlalu mengulang setiap aktivitas yang dilakukan mulai dari bangun tidur, makan dan menyelesaikan tiap tugas-tugas yang akan terus ada secara berkala. Entah alasan apalagi yang ingin diraih hingga menjadi semangat untuk menjalani tiap harinya.

Aku tidak pernah merasa ada kunci rahasia untuk mencapai kesuksesan dalam hidup tentang menjalani hari. Aku pernah sangat serius menekuni aktivitas tiap menitnya dalam hariku sampai pada akhirnya aku merasakan tidak menikmati sekali masa mudaku yang seharusnya bersenang-senang. Sebaliknya, aku juga pernah sangat tidak serius dan santai menjalani hari sampai lupa waktu dan tertekan pada akhir hari dengan tugas-tugas yang menumpuk karena merasa dibodohi melewati tiap menit begitu saja.

Sampai tersadar bahwa kunci dari semua ini adalah keseimbangan. Seimbang dalam bersenang-senang, seimbang dalam kesedihan, juga seimbang dalam keseriusan. Sekarang, aku merasa bahwa banyak hal sebenarnya yang ingin aku katakan kepada orang ketika sedang berinteraksi. Namun jika pun hal yang aku katakan baik menurutku, namun tidak ingin didengar oleh lawan bicaraku. Rasanya percuma saja, niat baik yang ingin aku sampaikan hanya akan sekadar lewat begitu saja.

Aku semakin dewasa menjalani hari-hariku yang selalu mencoba menerima tiap kejadian yang aku alami. Mencoba ikhlas dengan segala hal yang menurutku sebelumnya sebuah masalah. Ketika aku melihatnya dengan kepala dingin, banyak sekali energi positif yang aku rasakan. Aku semakin menikmatinya, walaupun aku bukan jadi peran utama dalam kehidupan ini. 

Tantangan terbesar dalam tiap hariku adalah menahan egoisnya diriku sendiri dalam tiap keadaan. Aku yang selalu ingin all-out dalam bertindak, menyadarkanku bahwa pentingnya menerima sudut pandang orang lain yang totally berbeda denganku. Agree to disagree adalah hal terbesar dalam membuka pikiranku.

Sekali lagi yang selalu ingin aku sampaikan dalam tulisanku, sebenarnya hidup ini mudah jika tidak ada rasa egois dan nafsu yang selalu menghampiri manusia. Apa daya, secara dasar manusia memang diciptakan untuk menjadi pemenang bagi dirinya sendiri. Sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, bahkan dalam kebaikan.

Rabu, 24 Februari 2021

Pelajari

Hari ini aku belajar tentang memaknai kehidupan dan mungkin tidak cukup untuk hari ini saja bahkan terbatasnya umurku yang entah sampai kapan. Aku selalu berproses untuk belajar dan terus belajar tentang arti hidup. Aku sadar bahwa terlalu banyak hal yang tidak aku ketahui dan satu-satunya hal yang aku ketahui adalah bahwa aku tidak tahu apapun dalam dunia ini, seperti yang dikatakan oleh filsuf terdahulu.

Dalam pikiranku aku selalu bertanya-tanya tentang segala hal yang aku rasakan dan aku perbuat. Mengapa semua ini bisa terjadi dan mengapa sampai sekarang aku melakukannya? Rasanya hanya membuang-buang waktu saja memikirkan pertanyaan yang jelas aku tahu tidak akan ada jawabannya karena memang jawaban tidak ada yang absolut kebenarannya seperti yang pernah dikatakan oleh dosen psikologiku.

Terkadang aku benci dengan kehidupan ini, namun terkadang juga aku sangat mencintai jalannya kehidupan. Mungkin kita mempunyai rasa yang sama, dan itulah kehidupan. Saat ini aku berfikir bahwa tidak ada yang namanya kebahagiaan. Hidup ini adalah tentang permasalahan-permasalahan yang akan ada disetiap saat dan harus dilalui, itulah kehidupan. Ketika kita merasakan kebahagiaan, mungkin kita bisa berhasil menyelesaikan salah satu permasalahan tersebut dengan baik. Namun akan selalu ada permasalahan selanjutnya yang menanti kita.

Agama memang seharusnya menjadi panutan dalam kehidupan, karena dalam tiap agama selalu banyak makna yang kita tidak duga karena terbatasnya pikiran kita.

Aku selalu mencoba untuk bersyukur dengan semua ini dan seharusnya memang aku tidak berhak untuk mengeluh apalagi membenci kehidupan ini. Malu rasanya karena jika kita melihat kebawah sangat banyak yang lebih susah dari kehidupan kita bahkan sejak ia lahir. Aku malu dengan diriku sendiri yang selalu mengeluh dengan waktu yang aku punyai.

Semoga kita bisa belajar bersama tentang artinya kehidupan ini.

Jumat, 19 Februari 2021

Dear me

Dear me,

One day I’ll make you proud.

 

Aku pernah mencinta dan dicintai; Membenci dan dibenci; Tertawa dan ditertawakan; Sedih dan kecewa; Bahagia dan sombong.

Waktu berjalan berlalu begitu saja. Memberikan pelajaran pada setiap jengkal hari-harinya. Aku, seorang yang tak pernah sadar bahwa hidup ini bukanlah milikku seorang. Egois ingin menjadi penguasa, hingga lupa diri menganggap semuanya rendah.

Aku selalu berterima kasih atas semua yang telah kulewati dan merasakan segala hal yang terjadi dalam hidup ini. Banyak yang suka, tidak sedikit yang menyebalkan. Belajar dari sebuah harapan, hingga akhirnya terjebak pada kekecewaan. Aku yang selalu terbiasa menyelesaikan sebuah pemikiran dengan seorang diri; Membentukku pada keegoisan yang selalu menghantui.

Aku selalu menutupnya dengan ketertawaan yang hampa. Menutupi segala rasa dan mengalihkannya hanya dengan senyuman. Setiap waktu itu selalu berhasil dan tak pernah gagal. Bahkan aku selalu dianggap orang yang tidak pernah serius atau humoris. Persetan dengan stigma itu, yasudahlah yang terpenting tidak ada rasa sedih diantara kita semua.

Aku selalu mencoba belajar untuk menjadi seorang yang dewasa. Ternyata kedewasaan menurutku tak seindah kenyataan. Aku yang selalu mencoba untuk belajar, selalu merasakan gagal dalam setiap langkahnya. Atau, mungkin itu sebuah proses untuk melangkah maju dan terus kedepan.

Mudah bagiku untuk mewujudkan kebahagiaan untuk diriku sendiri. Melihat sebuah perencanaan dariku untuk orang lain tersenyum merupakan hasil yang tak ternilai dan seringkali membutakan diriku untuk bersenang-senang.

Aku yang selalu dibanjiri kebahagiaan, tidak pernah bersyukur atas semua hal yang kudapatkan. Bahkan pada detik ini saat aku menuliskan sebuah cerita tentang diriku sendiri yang tak tahu tujuannya apa. Mungkin hanya sebuah pelampiasan atas keresahan-keresahan dalam pikiranku yang tak lagi mau bergantung pada seseorang. Maaf.

Senin, 11 Januari 2021

Surat Untukmu

Sebuah surat yang aku titipkan pada tulisan ini kepada siapapun kalian yang bisa membaca. Kalau saja tidak ada namanya hati dan nafsu dalam dunia ini, mungkin aku orang yang sangat senang akan kejadian itu. Hanya karena kedua itu, kita menjadi selalu membedakan terhadap sesama manusia, termasuk aku.

Dalam surat ini aku mencoba tidak membedakan siapapun selama ia bisa membaca. Aku tidak ingin ucapanku hanya untuk orang yang aku sukai, ataupun orang yang aku benci. Aku mencoba tidak memakai hati dan nafsuku. Andai itu semua bisa terjadi, damai pastinya dunia ini. Hanya sekilas pikiran liar-ku saja.

Aku ingin berpesan,

Mungkin… kamu seseorang yang luar biasa.

Bagi dirimu sendiri.

Lantas, apa yang kita cari dalam dunia ini jika agama sudah jadi tumpuan utama dalam kehidupan? Validasi dari orang lain terhadap diri kita?

Sungguh, aku sangat membenci hal-hal itu karena akupun melakukannya. Tidak ada mata yang buta, mereka hanya menutup hatinya untuk jujur.

Semua orang ingin didengar, namun tidak semua orang pandai berbicara. Jadi hargailah setiap orang yang sudah berusaha untuk berbicara sedikitpun.

Aku tidak memotivasi dirimu apalagi menceramahi kamu yang sedang membaca tulisan ini.

Aku sedang bercermin melihat diriku dan menyampaikan semua hal yang aku benci terhadap kehidupanku ini. Semoga kamu tidak tersinggung, karena tersinggung itu diterima bukan diberikan.

Sekian,

Terima kasih 

Jumat, 08 Januari 2021

Bahagia


"Be happy!"

Begitu kata banyak orang yang selalu menyuruh orang lain untuk bahagia tanpa tau cara untuk mendapatkan kebahagiaan itu sendiri.

Bagiku kebahagiaan adalah perasaan dimana kita tidak mempunyai beban pikiran. Permasalahannya adalah, seringkali kita justru mencari alasan, bukan mencari solusi.

Konsep bahagia bagiku terbagi menjadi dua, yaitu bahagia jangka pendek dan jangka panjang. Aku sering sekali merasakan penyesalan setelah merasakan bahagia jangka pendek. Seperti contoh bermain game, nonton film atau youtube, nongkrong keluar, dan lainnya.

Berbeda dengan bahagia jangka panjang, mungkin ini bisa disebut life satisfaction. Yaitu kebahagiaan yang menuntunku pada tujuan hidup sehingga aku bisa mendapatkan achievement. Seperti contoh olahraga, diskusi, perlombaan, bisnis, dan membaca buku.

Walaupun untuk mendapatkannya tidak mudah, namun justru aku lebih menikmati prosesnya dibanding hasil akhirnya. Aku lebih senang gagal namun belajar banyak, dibandingkan berhasil namun tidak merasakan apa-apa. Seperti halnya kita dalam memaknai hidup dan bercerita. Mungkin kalau jalannya mulus-mulus aja maka tidak akan diingat oleh kita karena itu merupakan hal yang biasa saja. Berbeda dengan ketika kita merasakan susahnya berjuang dan jatuh bangun, yaa walaupun gagal tapi itu akan selalu kita ingat karena memang usaha tidak akan mengkhianati hasil. (kecuali kita sering berkhianat)

Aku juga pernah berprinsip bahwa "Kebahagiaan adalah ketika aku membuat orang lain bahagia". Namun seiring berjalannya waktu aku tersadar bahwa itu sebenarnya tidak sepenuhnya baik. Ada waktu dimana ketika aku berprinsip seperti itu, hal yang terjadi adalah orang tersebut justru diluar ekspetasiku (tidak bahagia). Pada saat itu aku justru menyalahkan diriku sendiri dan menyesal karena kebahagiaanku bergantung kepada orang lain.

Sangat berterima kasih kepada Bandung untuk beberapa hari kemarin ketika aku sendirian disana. Banyak berfikir, sedikit bertindak. Aku rasa aku menemukan tujuan hidup dan jati diriku yang seharusnya aku mulai sejak saat ini. Yang membuatku harus terpaksa meninggalkan kebiasaan-kebiasaanku dan menghapusnya dalam keseharianku. Berat pada sekarang, apalagi baru saja dimulai dan terasa. Namun aku yakin ini semua pasti tidak sia-sia.

Kebahagiaan adalah proses dimana kita harus beradaptasi dan menikmati (bersyukur) pada setiap kejadian. Kebahagiaan bukanlah suatu harapan yang terselesaikan. Lebih dari itu, kebahagiaan adalah cara dimana kita memaknai hidup ini dan sadar atas semua karunia dan kenikmatan yang telah diberikan oleh Tuhan.

Rabu, 06 Januari 2021

Cipta Cerita #4 - Mencari yang Tidak Ada

    Traveling ke luar negeri dan luar provinsi selalu menjadi pengharapanku untuk menikmati kehidupan atau hanya mencoba me-refresh diri terhadap sibuknya pekerjaan sehari-hari. Berharap dengan berpindahnya tempat dari keseharian yang membosankan bisa membuat rasa kebahagiaan meningkat dan melihat pemandangan-pemandangan nan eksotis. Aku selalu berharap bisa berlibur ke Pulau Maldives hingga menjadi warga negara New Zealand agar dapat mencapai kepuasan pribadiku dalam menjelajah isi dunia ini. Sampai tersadar bahwa tanah yang aku pijakan di Depok dan Pulau Jawa ini sangatlah luas. 

    Hanya sedikit pengetahuanku tentang tempat yang aku tinggali. Terlalu angkuh rasanya berharap besar dan meninggalkan daerahku sendiri tanpa mengenalnya terlebih dahulu. Pulau Jawa bagiku sangatlah luas walaupun jika dibandingkan dengan Kepulauan Sumatera, Kalimantan dan Papua yang jauh lebih besar mereka. Seringkali aku membuka aplikasi peta yang ada di handphone-ku untuk melihat sekitar daerahku yang masih sangat awam, bahkan di Kota Depok tempat kelahiranku yang sekeliling daerahnya pun aku kurang tahu banyak.

    Akhirnya tekadku pun bulat untuk mengelilingi dan mengetahui bagaimana kondisi dan kebudayaan yang ada di Pulau Jawa ini dari barat hingga timur. Maklum, aku dilahirkan dari keluarga yang semuanya asli masyarakat Kota Depok dan Kabupaten Bogor. Tidak ada saudara kandungku yang berasal dari luar dua kota itu. Aku tidak pernah merasakan yang namanya mudik atau pulang kampung ketika hari besar karena memang tidak mempunyainya. Tak mau kalah hanya dengan rasa penasaran dan wacanaku pun ini. Aku langsung merancang perjalananku hanya dalam sehari dan berkemas hingga meminta izin kepada orang tua untuk melakukan perjalanan ini. Sampai akhirnya aku berhasil menyelesaikannya dengan rangkuman jalan yang kutempuh sebagai berikut:

    Dalam dua tahun terakhir dalam menikmati masa liburan akhir tahun aku selalu menghabiskannya dengan menjadi sukarelawan bencana tsunami dan banjir. Syukur akhir tahun ini aku tidak mendapatkan panggilan kembali menjadi sukarelawan dan memiliki waktu luang untuk “nomaden”. Jelas bukan wisata yang aku cari selama perjalanan berkeliling Pulau Jawa. Aku selalu tertarik dengan kebudayaan dan kebiasaan yang ada di tempat lain terutama kebudayaan jawa yang masih sangat kental.

Seperti contoh hal kecil yang sangat membuatku tertarik adalah kebiasaan masyarakat jawa yang biasanya ketika sore atau waktu senggang selalu berada di depan rumahnya. Dan ketika kita melewati jalan tersebut, kita harus menyapanya satu persatu. Simple memang, namun salah satu interaksi tanpa kenal yang sangat menarik dan hilang di daerah metropolitan JABODETABEK. 

Aku menikmati perjalanan ini berdua dengan pikiranku sendiri, atau dengan kata lain aku hanya seorang diri. Ada beberapa temanku sebenarnya yang tahu tentang perencanaan perjalananku ini dan ingin ikut. Namun kurang menikmati rasanya jika bersama orang lain dalam perjalanan. Ya.. walaupun tetap kembali lagi, siapa orangnya. Namun aku juga ingin lebih mengenal diriku sendiri seperti apa, karena aku sangatlah merasakan terlalu banyak keresahan-keresahan yang tidak dapat aku perbuat banyak dalam diriku ini. Aku selalu mengatakannya dengan “mencari jati diri”.

Tidak ada sosial media ataupun kamera digital dalam perjalananku. Aku hanya dengan motorku, tas carrier dan tenda dome pinjaman. Sengaja memang jalur perjalanan awal melewati daerah utara pulau jawa dan menyusuri pantai utara. “Rencananya”, namun apa daya selama perjalananku baru sampai di Tuban aku membuka tendaku karena selama melewati jalur pantura aku selalu terbuai dengan daerah perkotaan Sumedang, Cirebon dan Pemalang jika dibandingkan dengan pasir pantainya. Untungnya ada Nanda, teman kontrakanku semasa kuliah semester 3 dan 4 yang bisa aku tumpangi tidur rumah keduanya di Pemalang.

Satu dokumenter jurnalistik juga yang baru aku tonton dan menambahkan hasratku untuk berkeliling adalah serial YouTube channelnya Watchdoc Image yang berjudul “Ekspedisi Indonesia Biru”. Makin banyak pengetahuanku tentang keadilan sosial, kebudayaan, permasalahan serta harapan masyarakat terdalam di Indonesia. Sadar akan tugas dan pekerjaan yang menumpuk dalam catatan to-do ku, aku tidak bisa melepaskan laptop dalam barang bawaanku dalam tas serta buku dasar-dasar konservasi yang aku pinjam di Astacala Foundation.

Mencari yang tidak ada, sebuah judul yang secara tidak langsung aku temukan ketika menjawab pertanyaan temanku tentang “ngapain” berkeliling jawa?

Aku tidak berharap apapun ketika aku keluar dari rumahku dan melakukan perjalanan selama berhari-hari. Aku tidak berharap bisa mengunjungi tempat-tempat wisata yang sedang booming, ataupun mendapatkan banyak sanjungan dari semua kerabatku yang di Jawa. Aku hanya berharap ingin keluar rumah sendiri dengan perlengkapan yang aku bawa dan apapun yang terjadi selanjutnya aku anggap sebagai bonus dan pembelajaran atas semua momen yang hadir dalam perjalananku. Allhamdulillah dengan begitu sangat kecil kemungkinan rasa kecewa yang aku dapatkan dan aku mendapatkan sangatlah banyak pembelajaran setelah pulang yang tidak pernah aku temukan langsung sebelumnya. Pola pikir yang banyak berubah tentang kehidupan yang aku dapatkan setelah perjalanan yang akan aku tuangkan dalam tulisan-tulisanku.

Terima kasih sudah membaca, sampai jumpa pada tulisanku selanjutnya!


Senin, 04 Januari 2021

Today


Hari ini, hari yang bersejarah bagiku kelak nanti dimasa depan, Semoga.

Hari ini sebenarnya biasa saja, dengan segala rutinitas yang terjadwal dan mengikutinya. Berharap bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik untuk kehidupan. Memaksakan diri untuk terus bekerja, bekerja, dan bekerja.

Rasanya aku sudah tidak peduli dengan hal-hal yang hanya untuk kesenangan. Tetapi semoga aku bisa merasakannya disaat yang tepat.

Sekarang mulai terlihat rasanya dan semakin jelas kepada sesuatu yang positif maupun negatif. Aku selalu berharap bisa menerima keduanya karena selalu ada makna pada setiap pesannya. Namun, aku sudah tidak kuat dengan segala rasa yang tidak positif kepadaku. Aku mulai membencinya tanpa tahu pesan yang aku berikan.

Aku selalu berharap bisa menjadi penjual es krim yang bisa menyenangkan setiap orang. Dan aku belajar hari ini bahwa rasa untuk kepercayaan diri adalah bukan tentang aku dipuji oleh setiap orang dan semua orang menyukaiku. Rasa kepercayaan diri adalah rasa dimana ketika ada seseorang yang tidak menyukaiku, aku bisa menerimanya.

Terlalu berat memang hari ini pikiranku. Masa depan mungkin lebih dan lebih berat lagi. Terlalu cengeng memang seorang diriku berhadapan dengan tiap hal yang selalu aku inginkan. Pembuktian memang menjadi jawaban untuk semua ini. Terlalu banyak omong kosong yang bisa disampaikan tentang apapun karena memang itu keahlianku.

Aku ingin berubah layaknya power rangers yang bisa menjadi pahlawan untuk seseorang bahkan masyarakat umum. Semua orang tentunya ingin menjadi baik, namun definisi baik dari tiap orang tentu berbeda-beda.

Semoga aku bisa cepat tidur terlelap, agar tidak dihadapkan dengan pedihnya duniawi ini.

Sekian,

Terima kasih