Senin, 11 Januari 2021

Surat Untukmu

Sebuah surat yang aku titipkan pada tulisan ini kepada siapapun kalian yang bisa membaca. Kalau saja tidak ada namanya hati dan nafsu dalam dunia ini, mungkin aku orang yang sangat senang akan kejadian itu. Hanya karena kedua itu, kita menjadi selalu membedakan terhadap sesama manusia, termasuk aku.

Dalam surat ini aku mencoba tidak membedakan siapapun selama ia bisa membaca. Aku tidak ingin ucapanku hanya untuk orang yang aku sukai, ataupun orang yang aku benci. Aku mencoba tidak memakai hati dan nafsuku. Andai itu semua bisa terjadi, damai pastinya dunia ini. Hanya sekilas pikiran liar-ku saja.

Aku ingin berpesan,

Mungkin… kamu seseorang yang luar biasa.

Bagi dirimu sendiri.

Lantas, apa yang kita cari dalam dunia ini jika agama sudah jadi tumpuan utama dalam kehidupan? Validasi dari orang lain terhadap diri kita?

Sungguh, aku sangat membenci hal-hal itu karena akupun melakukannya. Tidak ada mata yang buta, mereka hanya menutup hatinya untuk jujur.

Semua orang ingin didengar, namun tidak semua orang pandai berbicara. Jadi hargailah setiap orang yang sudah berusaha untuk berbicara sedikitpun.

Aku tidak memotivasi dirimu apalagi menceramahi kamu yang sedang membaca tulisan ini.

Aku sedang bercermin melihat diriku dan menyampaikan semua hal yang aku benci terhadap kehidupanku ini. Semoga kamu tidak tersinggung, karena tersinggung itu diterima bukan diberikan.

Sekian,

Terima kasih 

Jumat, 08 Januari 2021

Bahagia


"Be happy!"

Begitu kata banyak orang yang selalu menyuruh orang lain untuk bahagia tanpa tau cara untuk mendapatkan kebahagiaan itu sendiri.

Bagiku kebahagiaan adalah perasaan dimana kita tidak mempunyai beban pikiran. Permasalahannya adalah, seringkali kita justru mencari alasan, bukan mencari solusi.

Konsep bahagia bagiku terbagi menjadi dua, yaitu bahagia jangka pendek dan jangka panjang. Aku sering sekali merasakan penyesalan setelah merasakan bahagia jangka pendek. Seperti contoh bermain game, nonton film atau youtube, nongkrong keluar, dan lainnya.

Berbeda dengan bahagia jangka panjang, mungkin ini bisa disebut life satisfaction. Yaitu kebahagiaan yang menuntunku pada tujuan hidup sehingga aku bisa mendapatkan achievement. Seperti contoh olahraga, diskusi, perlombaan, bisnis, dan membaca buku.

Walaupun untuk mendapatkannya tidak mudah, namun justru aku lebih menikmati prosesnya dibanding hasil akhirnya. Aku lebih senang gagal namun belajar banyak, dibandingkan berhasil namun tidak merasakan apa-apa. Seperti halnya kita dalam memaknai hidup dan bercerita. Mungkin kalau jalannya mulus-mulus aja maka tidak akan diingat oleh kita karena itu merupakan hal yang biasa saja. Berbeda dengan ketika kita merasakan susahnya berjuang dan jatuh bangun, yaa walaupun gagal tapi itu akan selalu kita ingat karena memang usaha tidak akan mengkhianati hasil. (kecuali kita sering berkhianat)

Aku juga pernah berprinsip bahwa "Kebahagiaan adalah ketika aku membuat orang lain bahagia". Namun seiring berjalannya waktu aku tersadar bahwa itu sebenarnya tidak sepenuhnya baik. Ada waktu dimana ketika aku berprinsip seperti itu, hal yang terjadi adalah orang tersebut justru diluar ekspetasiku (tidak bahagia). Pada saat itu aku justru menyalahkan diriku sendiri dan menyesal karena kebahagiaanku bergantung kepada orang lain.

Sangat berterima kasih kepada Bandung untuk beberapa hari kemarin ketika aku sendirian disana. Banyak berfikir, sedikit bertindak. Aku rasa aku menemukan tujuan hidup dan jati diriku yang seharusnya aku mulai sejak saat ini. Yang membuatku harus terpaksa meninggalkan kebiasaan-kebiasaanku dan menghapusnya dalam keseharianku. Berat pada sekarang, apalagi baru saja dimulai dan terasa. Namun aku yakin ini semua pasti tidak sia-sia.

Kebahagiaan adalah proses dimana kita harus beradaptasi dan menikmati (bersyukur) pada setiap kejadian. Kebahagiaan bukanlah suatu harapan yang terselesaikan. Lebih dari itu, kebahagiaan adalah cara dimana kita memaknai hidup ini dan sadar atas semua karunia dan kenikmatan yang telah diberikan oleh Tuhan.

Rabu, 06 Januari 2021

Cipta Cerita #4 - Mencari yang Tidak Ada

    Traveling ke luar negeri dan luar provinsi selalu menjadi pengharapanku untuk menikmati kehidupan atau hanya mencoba me-refresh diri terhadap sibuknya pekerjaan sehari-hari. Berharap dengan berpindahnya tempat dari keseharian yang membosankan bisa membuat rasa kebahagiaan meningkat dan melihat pemandangan-pemandangan nan eksotis. Aku selalu berharap bisa berlibur ke Pulau Maldives hingga menjadi warga negara New Zealand agar dapat mencapai kepuasan pribadiku dalam menjelajah isi dunia ini. Sampai tersadar bahwa tanah yang aku pijakan di Depok dan Pulau Jawa ini sangatlah luas. 

    Hanya sedikit pengetahuanku tentang tempat yang aku tinggali. Terlalu angkuh rasanya berharap besar dan meninggalkan daerahku sendiri tanpa mengenalnya terlebih dahulu. Pulau Jawa bagiku sangatlah luas walaupun jika dibandingkan dengan Kepulauan Sumatera, Kalimantan dan Papua yang jauh lebih besar mereka. Seringkali aku membuka aplikasi peta yang ada di handphone-ku untuk melihat sekitar daerahku yang masih sangat awam, bahkan di Kota Depok tempat kelahiranku yang sekeliling daerahnya pun aku kurang tahu banyak.

    Akhirnya tekadku pun bulat untuk mengelilingi dan mengetahui bagaimana kondisi dan kebudayaan yang ada di Pulau Jawa ini dari barat hingga timur. Maklum, aku dilahirkan dari keluarga yang semuanya asli masyarakat Kota Depok dan Kabupaten Bogor. Tidak ada saudara kandungku yang berasal dari luar dua kota itu. Aku tidak pernah merasakan yang namanya mudik atau pulang kampung ketika hari besar karena memang tidak mempunyainya. Tak mau kalah hanya dengan rasa penasaran dan wacanaku pun ini. Aku langsung merancang perjalananku hanya dalam sehari dan berkemas hingga meminta izin kepada orang tua untuk melakukan perjalanan ini. Sampai akhirnya aku berhasil menyelesaikannya dengan rangkuman jalan yang kutempuh sebagai berikut:

    Dalam dua tahun terakhir dalam menikmati masa liburan akhir tahun aku selalu menghabiskannya dengan menjadi sukarelawan bencana tsunami dan banjir. Syukur akhir tahun ini aku tidak mendapatkan panggilan kembali menjadi sukarelawan dan memiliki waktu luang untuk “nomaden”. Jelas bukan wisata yang aku cari selama perjalanan berkeliling Pulau Jawa. Aku selalu tertarik dengan kebudayaan dan kebiasaan yang ada di tempat lain terutama kebudayaan jawa yang masih sangat kental.

Seperti contoh hal kecil yang sangat membuatku tertarik adalah kebiasaan masyarakat jawa yang biasanya ketika sore atau waktu senggang selalu berada di depan rumahnya. Dan ketika kita melewati jalan tersebut, kita harus menyapanya satu persatu. Simple memang, namun salah satu interaksi tanpa kenal yang sangat menarik dan hilang di daerah metropolitan JABODETABEK. 

Aku menikmati perjalanan ini berdua dengan pikiranku sendiri, atau dengan kata lain aku hanya seorang diri. Ada beberapa temanku sebenarnya yang tahu tentang perencanaan perjalananku ini dan ingin ikut. Namun kurang menikmati rasanya jika bersama orang lain dalam perjalanan. Ya.. walaupun tetap kembali lagi, siapa orangnya. Namun aku juga ingin lebih mengenal diriku sendiri seperti apa, karena aku sangatlah merasakan terlalu banyak keresahan-keresahan yang tidak dapat aku perbuat banyak dalam diriku ini. Aku selalu mengatakannya dengan “mencari jati diri”.

Tidak ada sosial media ataupun kamera digital dalam perjalananku. Aku hanya dengan motorku, tas carrier dan tenda dome pinjaman. Sengaja memang jalur perjalanan awal melewati daerah utara pulau jawa dan menyusuri pantai utara. “Rencananya”, namun apa daya selama perjalananku baru sampai di Tuban aku membuka tendaku karena selama melewati jalur pantura aku selalu terbuai dengan daerah perkotaan Sumedang, Cirebon dan Pemalang jika dibandingkan dengan pasir pantainya. Untungnya ada Nanda, teman kontrakanku semasa kuliah semester 3 dan 4 yang bisa aku tumpangi tidur rumah keduanya di Pemalang.

Satu dokumenter jurnalistik juga yang baru aku tonton dan menambahkan hasratku untuk berkeliling adalah serial YouTube channelnya Watchdoc Image yang berjudul “Ekspedisi Indonesia Biru”. Makin banyak pengetahuanku tentang keadilan sosial, kebudayaan, permasalahan serta harapan masyarakat terdalam di Indonesia. Sadar akan tugas dan pekerjaan yang menumpuk dalam catatan to-do ku, aku tidak bisa melepaskan laptop dalam barang bawaanku dalam tas serta buku dasar-dasar konservasi yang aku pinjam di Astacala Foundation.

Mencari yang tidak ada, sebuah judul yang secara tidak langsung aku temukan ketika menjawab pertanyaan temanku tentang “ngapain” berkeliling jawa?

Aku tidak berharap apapun ketika aku keluar dari rumahku dan melakukan perjalanan selama berhari-hari. Aku tidak berharap bisa mengunjungi tempat-tempat wisata yang sedang booming, ataupun mendapatkan banyak sanjungan dari semua kerabatku yang di Jawa. Aku hanya berharap ingin keluar rumah sendiri dengan perlengkapan yang aku bawa dan apapun yang terjadi selanjutnya aku anggap sebagai bonus dan pembelajaran atas semua momen yang hadir dalam perjalananku. Allhamdulillah dengan begitu sangat kecil kemungkinan rasa kecewa yang aku dapatkan dan aku mendapatkan sangatlah banyak pembelajaran setelah pulang yang tidak pernah aku temukan langsung sebelumnya. Pola pikir yang banyak berubah tentang kehidupan yang aku dapatkan setelah perjalanan yang akan aku tuangkan dalam tulisan-tulisanku.

Terima kasih sudah membaca, sampai jumpa pada tulisanku selanjutnya!


Senin, 04 Januari 2021

Today


Hari ini, hari yang bersejarah bagiku kelak nanti dimasa depan, Semoga.

Hari ini sebenarnya biasa saja, dengan segala rutinitas yang terjadwal dan mengikutinya. Berharap bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik untuk kehidupan. Memaksakan diri untuk terus bekerja, bekerja, dan bekerja.

Rasanya aku sudah tidak peduli dengan hal-hal yang hanya untuk kesenangan. Tetapi semoga aku bisa merasakannya disaat yang tepat.

Sekarang mulai terlihat rasanya dan semakin jelas kepada sesuatu yang positif maupun negatif. Aku selalu berharap bisa menerima keduanya karena selalu ada makna pada setiap pesannya. Namun, aku sudah tidak kuat dengan segala rasa yang tidak positif kepadaku. Aku mulai membencinya tanpa tahu pesan yang aku berikan.

Aku selalu berharap bisa menjadi penjual es krim yang bisa menyenangkan setiap orang. Dan aku belajar hari ini bahwa rasa untuk kepercayaan diri adalah bukan tentang aku dipuji oleh setiap orang dan semua orang menyukaiku. Rasa kepercayaan diri adalah rasa dimana ketika ada seseorang yang tidak menyukaiku, aku bisa menerimanya.

Terlalu berat memang hari ini pikiranku. Masa depan mungkin lebih dan lebih berat lagi. Terlalu cengeng memang seorang diriku berhadapan dengan tiap hal yang selalu aku inginkan. Pembuktian memang menjadi jawaban untuk semua ini. Terlalu banyak omong kosong yang bisa disampaikan tentang apapun karena memang itu keahlianku.

Aku ingin berubah layaknya power rangers yang bisa menjadi pahlawan untuk seseorang bahkan masyarakat umum. Semua orang tentunya ingin menjadi baik, namun definisi baik dari tiap orang tentu berbeda-beda.

Semoga aku bisa cepat tidur terlelap, agar tidak dihadapkan dengan pedihnya duniawi ini.

Sekian,

Terima kasih