Rabu, 06 Januari 2021

Cipta Cerita #4 - Mencari yang Tidak Ada

    Traveling ke luar negeri dan luar provinsi selalu menjadi pengharapanku untuk menikmati kehidupan atau hanya mencoba me-refresh diri terhadap sibuknya pekerjaan sehari-hari. Berharap dengan berpindahnya tempat dari keseharian yang membosankan bisa membuat rasa kebahagiaan meningkat dan melihat pemandangan-pemandangan nan eksotis. Aku selalu berharap bisa berlibur ke Pulau Maldives hingga menjadi warga negara New Zealand agar dapat mencapai kepuasan pribadiku dalam menjelajah isi dunia ini. Sampai tersadar bahwa tanah yang aku pijakan di Depok dan Pulau Jawa ini sangatlah luas. 

    Hanya sedikit pengetahuanku tentang tempat yang aku tinggali. Terlalu angkuh rasanya berharap besar dan meninggalkan daerahku sendiri tanpa mengenalnya terlebih dahulu. Pulau Jawa bagiku sangatlah luas walaupun jika dibandingkan dengan Kepulauan Sumatera, Kalimantan dan Papua yang jauh lebih besar mereka. Seringkali aku membuka aplikasi peta yang ada di handphone-ku untuk melihat sekitar daerahku yang masih sangat awam, bahkan di Kota Depok tempat kelahiranku yang sekeliling daerahnya pun aku kurang tahu banyak.

    Akhirnya tekadku pun bulat untuk mengelilingi dan mengetahui bagaimana kondisi dan kebudayaan yang ada di Pulau Jawa ini dari barat hingga timur. Maklum, aku dilahirkan dari keluarga yang semuanya asli masyarakat Kota Depok dan Kabupaten Bogor. Tidak ada saudara kandungku yang berasal dari luar dua kota itu. Aku tidak pernah merasakan yang namanya mudik atau pulang kampung ketika hari besar karena memang tidak mempunyainya. Tak mau kalah hanya dengan rasa penasaran dan wacanaku pun ini. Aku langsung merancang perjalananku hanya dalam sehari dan berkemas hingga meminta izin kepada orang tua untuk melakukan perjalanan ini. Sampai akhirnya aku berhasil menyelesaikannya dengan rangkuman jalan yang kutempuh sebagai berikut:

    Dalam dua tahun terakhir dalam menikmati masa liburan akhir tahun aku selalu menghabiskannya dengan menjadi sukarelawan bencana tsunami dan banjir. Syukur akhir tahun ini aku tidak mendapatkan panggilan kembali menjadi sukarelawan dan memiliki waktu luang untuk “nomaden”. Jelas bukan wisata yang aku cari selama perjalanan berkeliling Pulau Jawa. Aku selalu tertarik dengan kebudayaan dan kebiasaan yang ada di tempat lain terutama kebudayaan jawa yang masih sangat kental.

Seperti contoh hal kecil yang sangat membuatku tertarik adalah kebiasaan masyarakat jawa yang biasanya ketika sore atau waktu senggang selalu berada di depan rumahnya. Dan ketika kita melewati jalan tersebut, kita harus menyapanya satu persatu. Simple memang, namun salah satu interaksi tanpa kenal yang sangat menarik dan hilang di daerah metropolitan JABODETABEK. 

Aku menikmati perjalanan ini berdua dengan pikiranku sendiri, atau dengan kata lain aku hanya seorang diri. Ada beberapa temanku sebenarnya yang tahu tentang perencanaan perjalananku ini dan ingin ikut. Namun kurang menikmati rasanya jika bersama orang lain dalam perjalanan. Ya.. walaupun tetap kembali lagi, siapa orangnya. Namun aku juga ingin lebih mengenal diriku sendiri seperti apa, karena aku sangatlah merasakan terlalu banyak keresahan-keresahan yang tidak dapat aku perbuat banyak dalam diriku ini. Aku selalu mengatakannya dengan “mencari jati diri”.

Tidak ada sosial media ataupun kamera digital dalam perjalananku. Aku hanya dengan motorku, tas carrier dan tenda dome pinjaman. Sengaja memang jalur perjalanan awal melewati daerah utara pulau jawa dan menyusuri pantai utara. “Rencananya”, namun apa daya selama perjalananku baru sampai di Tuban aku membuka tendaku karena selama melewati jalur pantura aku selalu terbuai dengan daerah perkotaan Sumedang, Cirebon dan Pemalang jika dibandingkan dengan pasir pantainya. Untungnya ada Nanda, teman kontrakanku semasa kuliah semester 3 dan 4 yang bisa aku tumpangi tidur rumah keduanya di Pemalang.

Satu dokumenter jurnalistik juga yang baru aku tonton dan menambahkan hasratku untuk berkeliling adalah serial YouTube channelnya Watchdoc Image yang berjudul “Ekspedisi Indonesia Biru”. Makin banyak pengetahuanku tentang keadilan sosial, kebudayaan, permasalahan serta harapan masyarakat terdalam di Indonesia. Sadar akan tugas dan pekerjaan yang menumpuk dalam catatan to-do ku, aku tidak bisa melepaskan laptop dalam barang bawaanku dalam tas serta buku dasar-dasar konservasi yang aku pinjam di Astacala Foundation.

Mencari yang tidak ada, sebuah judul yang secara tidak langsung aku temukan ketika menjawab pertanyaan temanku tentang “ngapain” berkeliling jawa?

Aku tidak berharap apapun ketika aku keluar dari rumahku dan melakukan perjalanan selama berhari-hari. Aku tidak berharap bisa mengunjungi tempat-tempat wisata yang sedang booming, ataupun mendapatkan banyak sanjungan dari semua kerabatku yang di Jawa. Aku hanya berharap ingin keluar rumah sendiri dengan perlengkapan yang aku bawa dan apapun yang terjadi selanjutnya aku anggap sebagai bonus dan pembelajaran atas semua momen yang hadir dalam perjalananku. Allhamdulillah dengan begitu sangat kecil kemungkinan rasa kecewa yang aku dapatkan dan aku mendapatkan sangatlah banyak pembelajaran setelah pulang yang tidak pernah aku temukan langsung sebelumnya. Pola pikir yang banyak berubah tentang kehidupan yang aku dapatkan setelah perjalanan yang akan aku tuangkan dalam tulisan-tulisanku.

Terima kasih sudah membaca, sampai jumpa pada tulisanku selanjutnya!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar