Rabu, 24 Februari 2021

Pelajari

Hari ini aku belajar tentang memaknai kehidupan dan mungkin tidak cukup untuk hari ini saja bahkan terbatasnya umurku yang entah sampai kapan. Aku selalu berproses untuk belajar dan terus belajar tentang arti hidup. Aku sadar bahwa terlalu banyak hal yang tidak aku ketahui dan satu-satunya hal yang aku ketahui adalah bahwa aku tidak tahu apapun dalam dunia ini, seperti yang dikatakan oleh filsuf terdahulu.

Dalam pikiranku aku selalu bertanya-tanya tentang segala hal yang aku rasakan dan aku perbuat. Mengapa semua ini bisa terjadi dan mengapa sampai sekarang aku melakukannya? Rasanya hanya membuang-buang waktu saja memikirkan pertanyaan yang jelas aku tahu tidak akan ada jawabannya karena memang jawaban tidak ada yang absolut kebenarannya seperti yang pernah dikatakan oleh dosen psikologiku.

Terkadang aku benci dengan kehidupan ini, namun terkadang juga aku sangat mencintai jalannya kehidupan. Mungkin kita mempunyai rasa yang sama, dan itulah kehidupan. Saat ini aku berfikir bahwa tidak ada yang namanya kebahagiaan. Hidup ini adalah tentang permasalahan-permasalahan yang akan ada disetiap saat dan harus dilalui, itulah kehidupan. Ketika kita merasakan kebahagiaan, mungkin kita bisa berhasil menyelesaikan salah satu permasalahan tersebut dengan baik. Namun akan selalu ada permasalahan selanjutnya yang menanti kita.

Agama memang seharusnya menjadi panutan dalam kehidupan, karena dalam tiap agama selalu banyak makna yang kita tidak duga karena terbatasnya pikiran kita.

Aku selalu mencoba untuk bersyukur dengan semua ini dan seharusnya memang aku tidak berhak untuk mengeluh apalagi membenci kehidupan ini. Malu rasanya karena jika kita melihat kebawah sangat banyak yang lebih susah dari kehidupan kita bahkan sejak ia lahir. Aku malu dengan diriku sendiri yang selalu mengeluh dengan waktu yang aku punyai.

Semoga kita bisa belajar bersama tentang artinya kehidupan ini.

Jumat, 19 Februari 2021

Dear me

Dear me,

One day I’ll make you proud.

 

Aku pernah mencinta dan dicintai; Membenci dan dibenci; Tertawa dan ditertawakan; Sedih dan kecewa; Bahagia dan sombong.

Waktu berjalan berlalu begitu saja. Memberikan pelajaran pada setiap jengkal hari-harinya. Aku, seorang yang tak pernah sadar bahwa hidup ini bukanlah milikku seorang. Egois ingin menjadi penguasa, hingga lupa diri menganggap semuanya rendah.

Aku selalu berterima kasih atas semua yang telah kulewati dan merasakan segala hal yang terjadi dalam hidup ini. Banyak yang suka, tidak sedikit yang menyebalkan. Belajar dari sebuah harapan, hingga akhirnya terjebak pada kekecewaan. Aku yang selalu terbiasa menyelesaikan sebuah pemikiran dengan seorang diri; Membentukku pada keegoisan yang selalu menghantui.

Aku selalu menutupnya dengan ketertawaan yang hampa. Menutupi segala rasa dan mengalihkannya hanya dengan senyuman. Setiap waktu itu selalu berhasil dan tak pernah gagal. Bahkan aku selalu dianggap orang yang tidak pernah serius atau humoris. Persetan dengan stigma itu, yasudahlah yang terpenting tidak ada rasa sedih diantara kita semua.

Aku selalu mencoba belajar untuk menjadi seorang yang dewasa. Ternyata kedewasaan menurutku tak seindah kenyataan. Aku yang selalu mencoba untuk belajar, selalu merasakan gagal dalam setiap langkahnya. Atau, mungkin itu sebuah proses untuk melangkah maju dan terus kedepan.

Mudah bagiku untuk mewujudkan kebahagiaan untuk diriku sendiri. Melihat sebuah perencanaan dariku untuk orang lain tersenyum merupakan hasil yang tak ternilai dan seringkali membutakan diriku untuk bersenang-senang.

Aku yang selalu dibanjiri kebahagiaan, tidak pernah bersyukur atas semua hal yang kudapatkan. Bahkan pada detik ini saat aku menuliskan sebuah cerita tentang diriku sendiri yang tak tahu tujuannya apa. Mungkin hanya sebuah pelampiasan atas keresahan-keresahan dalam pikiranku yang tak lagi mau bergantung pada seseorang. Maaf.