Dear me,
One day I’ll make you proud.
Aku pernah mencinta dan dicintai; Membenci dan dibenci; Tertawa dan
ditertawakan; Sedih dan kecewa; Bahagia dan sombong.
Waktu berjalan berlalu begitu saja. Memberikan pelajaran pada setiap
jengkal hari-harinya. Aku, seorang yang tak pernah sadar bahwa hidup ini
bukanlah milikku seorang. Egois ingin menjadi penguasa, hingga lupa diri
menganggap semuanya rendah.
Aku selalu berterima kasih atas semua yang telah kulewati dan merasakan
segala hal yang terjadi dalam hidup ini. Banyak yang suka, tidak sedikit yang
menyebalkan. Belajar dari sebuah harapan, hingga akhirnya terjebak pada kekecewaan.
Aku yang selalu terbiasa menyelesaikan sebuah pemikiran dengan seorang diri;
Membentukku pada keegoisan yang selalu menghantui.
Aku selalu menutupnya dengan ketertawaan yang hampa. Menutupi segala rasa
dan mengalihkannya hanya dengan senyuman. Setiap waktu itu selalu berhasil dan
tak pernah gagal. Bahkan aku selalu dianggap orang yang tidak pernah serius
atau humoris. Persetan dengan stigma itu, yasudahlah yang terpenting tidak ada
rasa sedih diantara kita semua.
Aku selalu mencoba belajar untuk menjadi seorang yang dewasa. Ternyata
kedewasaan menurutku tak seindah kenyataan. Aku yang selalu mencoba untuk
belajar, selalu merasakan gagal dalam setiap langkahnya. Atau, mungkin itu
sebuah proses untuk melangkah maju dan terus kedepan.
Mudah bagiku untuk mewujudkan kebahagiaan untuk diriku sendiri. Melihat
sebuah perencanaan dariku untuk orang lain tersenyum merupakan hasil yang tak
ternilai dan seringkali membutakan diriku untuk bersenang-senang.
Aku yang selalu dibanjiri kebahagiaan, tidak pernah bersyukur atas semua
hal yang kudapatkan. Bahkan pada detik ini saat aku menuliskan sebuah cerita
tentang diriku sendiri yang tak tahu tujuannya apa. Mungkin hanya sebuah
pelampiasan atas keresahan-keresahan dalam pikiranku yang tak lagi mau
bergantung pada seseorang. Maaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar