Jumat, 19 Februari 2021

Dear me

Dear me,

One day I’ll make you proud.

 

Aku pernah mencinta dan dicintai; Membenci dan dibenci; Tertawa dan ditertawakan; Sedih dan kecewa; Bahagia dan sombong.

Waktu berjalan berlalu begitu saja. Memberikan pelajaran pada setiap jengkal hari-harinya. Aku, seorang yang tak pernah sadar bahwa hidup ini bukanlah milikku seorang. Egois ingin menjadi penguasa, hingga lupa diri menganggap semuanya rendah.

Aku selalu berterima kasih atas semua yang telah kulewati dan merasakan segala hal yang terjadi dalam hidup ini. Banyak yang suka, tidak sedikit yang menyebalkan. Belajar dari sebuah harapan, hingga akhirnya terjebak pada kekecewaan. Aku yang selalu terbiasa menyelesaikan sebuah pemikiran dengan seorang diri; Membentukku pada keegoisan yang selalu menghantui.

Aku selalu menutupnya dengan ketertawaan yang hampa. Menutupi segala rasa dan mengalihkannya hanya dengan senyuman. Setiap waktu itu selalu berhasil dan tak pernah gagal. Bahkan aku selalu dianggap orang yang tidak pernah serius atau humoris. Persetan dengan stigma itu, yasudahlah yang terpenting tidak ada rasa sedih diantara kita semua.

Aku selalu mencoba belajar untuk menjadi seorang yang dewasa. Ternyata kedewasaan menurutku tak seindah kenyataan. Aku yang selalu mencoba untuk belajar, selalu merasakan gagal dalam setiap langkahnya. Atau, mungkin itu sebuah proses untuk melangkah maju dan terus kedepan.

Mudah bagiku untuk mewujudkan kebahagiaan untuk diriku sendiri. Melihat sebuah perencanaan dariku untuk orang lain tersenyum merupakan hasil yang tak ternilai dan seringkali membutakan diriku untuk bersenang-senang.

Aku yang selalu dibanjiri kebahagiaan, tidak pernah bersyukur atas semua hal yang kudapatkan. Bahkan pada detik ini saat aku menuliskan sebuah cerita tentang diriku sendiri yang tak tahu tujuannya apa. Mungkin hanya sebuah pelampiasan atas keresahan-keresahan dalam pikiranku yang tak lagi mau bergantung pada seseorang. Maaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar