Rabu, 14 April 2021

Goals

Hari baru, harapan baru. Sebuah goals untuk memulai hari yang terus-menerus dijalani mau-tidak mau suka-tidak suka.

Sudah banyak perencanaan yang dibuat olehku untuk hari-hari bahkan beberapa tahun ke depan yang harus dicapai dengan progress tiap harinya. Tapi memang, manusia hanya berhak merencanakan, selebihnya Tuhan yang menentukan. Aku hanya berharap dalam memulai hari baru yaitu aku ingin menikmati dengan sepenuhnya. Tanpa menyesal dengan apa yang telah dilalui kemarin, tanpa tertekan dengan apa yang akan terjadi besok. Sangat sulit untuk bisa seperti itu, dan yang paling mudah menikmatinya adalah dengan tidur tenang.

Penyesalan terbesarku adalah aku selalu tidak bisa mengontrol perasaanku ketika logikaku sudah matang memilih sesuatu sikap. Aku yang terlalu sensitif akan perasaan selalu menjadi boomerang terhadap mood maupun semangat untuk menjalani hari. Tantanganku selalu berkutat dengan hal tersebut tiap harinya. Aku selalu tidak bisa menutupinya dengan sikap berpura-pura. Aku lebih memilih jujur dengan perasaanku, tetapi aku juga tidak berani untuk mengambil keputusan yang sudah dipikirkan dengan logika. Aku merasa orang terlemah yang selalu mengatakan orang lain lemah.

Penekanan terberatku adalah aku yang selalu berekspetasi terhadap sesuatu selalu dikecewakan karena aku tidak mampu memenuhi targetnya. Pada akhirnya, aku menyia-nyiakan hariku disaat itu dan selalu berpikir berlebihan. Aku selalu menuntut setiap hal untuk ada jawabannya pada saat itu juga.

Sebenarnya dalam menjalani hari mudah untuk dilogikakan. Melakukan kewajiban yang sudah ditetapkan dalam diri dan tidak menuntut hak orang lain dalam memilih pilihannya. Dan hal bodoh yang aku sadari tetapi masih aku lakukan adalah aku masih berharap dengan orang-orang disekitarku. Ya, kutipan dari Ali bin Abi Thalib tentang pahitnya kehidupan dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia tidak pernah aku dengarkan.

Semua perjalanan ini begitu berwarna, warna kusam yang kadang membuatku lelah menjalani hari. Tetapi, lebih baik merasakan sesuatu yang mengecewakan untuk menjadikannya pelajaran yang lebih baik. Dibanding tidak merasakan apapun atau hampa, bukan?

Nikmati apa yang bisa dinikmati, dan pelajari apa yang bisa dipelajari. -someone